Langsung ke konten utama

Politik Etis, Penyimpangan Serta Dampaknya

Jika pada artikel sebelumnya Kami Sosial Indonesia membahas mengenai pemahaman dan latar belakang dari politik etis, pada artikel kali ini, Kami Sosial Indonesia akan membahas bagaimana penyimpangan yang terjadi selama Belanda menerapkan sistem ini di Hindia Belanda. Simak artikel mengenai politik etis pada artikel berikut ini. Politik etis sesungguhnya punya tujuan yang baik, dimana rakyat Hindia Belanda seharusnya bisa merasakan kesejahteraan dari kerja kerasnya membuat uang untuk Belanda. Namun, dalam prakteknya, hal ini tidak terjadi begitu saja. Kendati memiliki penyimpangan, sesungguhnya politik etis juga memiliki dampak pada kemerdekaan Indonesia.

Penyimpangan Politik Etis yang Terjadi 

Politik etis yang memiliki asas Trias Van deventer, punya 3 program utama, yakni : irigasi, edukasi, dan transmigrasi. Program irigasi yang sebenarnya berhasil membangun bendungan, nyatanya tidak digunakan untuk mengairi tanah-tanah perkebunan atau pertanian milik rakyat. Nyatanya irigasi justru digunakan untuk mengairi tanah perkebunan milik pemerintah dan juga pihak swasta Belanda. Padahal jika pengairan benar-benar dilakukan ke tanah-tanah milik rakyat, maka bisa jadi tanah semakin subur, dan hasil panen lebih berkualitas.

Sedangkan pada bidang edukasi, Belanda sejatinya membangun banyak sekolah lengkap dari tingkat dasar hingga tingkat perguruan tinggi. Namun, sayangnya yang bisa menikmati sekolah ini tidak semua orang. Hanya kaum dari kalangan bangsawan, kaum pendatang asing (pendatang asal arab dan china), serta kaum yang keluarganya bekerja sebagai pegawai negeri saja yang bisa merasakan sekolah. Rakyat kecil tidak bisa merasakan sekolah akibat adanya diskriminasi ini. Tentunya kunci suatu masyarakat bisa sejahtera adalah dengan pendidikan yang merata. Nyatanya politik etis yang diharapkan bisa membawa masyarakat Hindia Belanda pada kesejahteraan lewat edukasi hanyalah mimpi belaka.

Selain dua program tersebut, masih ada satu program terakhir, yakni transmigrasi. Program ini adalah pemerataan penduduk di wilayah lain, sehingga tidak terjadi kepenuhan penduduk di wilayah-wilayah tertentu. Nyatanya, program transmigrasi ini adalah bentuk dari pekerjaan kontrak. Penduduk di wilayah Jawa diminta untuk pergi merantau ke pulau Sumatera dan juga ke Suriname untuk bekerja kontrak di wilayah-wilayah perkebunan milik Belanda. Masyarakat yang tidak sanggup untuk bekerja, mencoba untuk melarikan diri, namun justru ditangkap oleh Belanda dan dihukum. Orang yang diketahui kabur akan ditangkap oleh polisi dan dikembalikan ke tempat kerja.

Dampak dari Politik Etis

Kendati memiliki penyimpangan, politik etis sejatinya memiliki dampak yang besar bagi Hindia Belanda, bahkan bagi Indonesia saat ini. Dalam bidang irigasi, meskipun pada saat penerapannya di masa lalu tidak digunakan untuk rakyat Hindia Belanda, tetapi, pada saat Indonesia sudah merdeka, saluran irigasi ini justru bermanfaat bagi rakyat Indonesia. Saluran irigasi buatan Belanda ini dipakai untuk pertanian setelah Indonesia merdeka, sehingga mampu membuat pertanian Indonesia lebih berkembang. Dari segi transmigrasi, sebenarnya berdampak pada pemerataan penduduk, khususnya di wilayah Sumatera. Transmigrasi juga berdampak pada pertukaran kultur antara suku Jawa dengan penduduk di Suriname. Indonesia dan Suriname memiliki hubungan yang erat, serta kesamaan budaya akibat transmigrasi yang dilakukan oleh Belanda.

Sedangkan dari bidang edukasi, politik etis memunculkan dampak yang sangat besar bagi Indonesia. Dengan hadirnya pendidikan, beberapa orang Indonesia mendapatkan ilmu yang lebih luas. Hadirnya pendidikan memunculkan kaum-kaum berpendidikan yang membantu memerdekakan Indonesia dari penjajah. Dengan pendidikan, semakin banyak rakyat Indonesia yang lebih kritis terhadap hak-hak manusia, serta semakin bergelora semangatnya untuk membantu membebaskan Indonesia dari jajahan kolonial. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Stratifikasi Sosial Di dalam Kehidupan Masyarakat

Kita kerap kali mendengar tentang strata sosial. Memang dibeberapa nilai-nilai tertentu, manusia punya kedudukan yang sama, tetapi tidak memungkiri dalam kehidupan sosial, terdapat strata tertentu di masyarakat. Stratifikasi sosial adalah pembagian tingkatan atau kelas masyarakat secara vertikal, alias dari bawah ke atas. Beberapa teoritis Sosiologi memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap stratifikasi sosial. Karl Max menganggap bahwa kelas sosial muncul akibat adanya kesenjangan antara kaum buruh dan pemilik alat produksi. Sedangkan Emile Durkheim, lebih memandang stratifikasi sosial sebagai bagaimana seseorang berkontribusi atau bagaimana fungsi sosial seseorang diklasifikasikan melalui stratifikasi sosial.Menurut Erik Olin Wright, stratifikasi sosial tidak hanya sekedar berbicara mengenai struktur kelas beserta pengaruhnya di masyarakat, tetapi juga mengenai keterikatan elemen-elemen masyarakat yang kemudian menghasilkan suatu kehidupan sosial. Kriteria pembagian stratifik

Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Interaksi Kita Hari Ini Manusia kerap kali mendapatkan julukan sebagai makhluk sosial. Kira-kira mengapa manusia bisa sampai disebut sebagai manusia sosial? Tentunya kita sempat bertanya-tanya mengapa. Sekarang renungkan hari ini dalam hidupmu, apakah kamu berbicara dengan orang lain hari ini? Tidak perlu berbicara pada banyak orang, namun setidaknya hari ini kamu akan berbicara dengan orang lain, dan juga keesokan harinya. Sehari-hari sejak kecil, kita telah berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang berbagai macam. Hal ini akan terus berlangsung secara terus menerus sampai kita memutus tali interaksi tersebut (meninggal atau mati). Manusia Sebagai Makhluk Sosial Apakah dalam perbicaraan tersebut kamu meminta bantuan kepada orang lain? Jika iya, inilah mengapa manusia disebut makhluk sosial karena manusia akan selalu membutuhkan untuk berbicara dengan orang lain. Manusia membutuhkan orang lain untuk dapat bertahan hidup. Suka atau tidak suka, kita pasti pernah memin

Beragam itu Indah! Manfaat Keragaman Sosial Budaya

Jika anda warga negara Indonesia, pastinya tidak asing lagi bahwa Indonesia dikaruniai keragaman budaya yang begitu banyak. Setidaknya, Indonesia memiliki 1.340 suku bangsa, menurut hasil statistik dari BPS (Badan Pusat Statistik) pada survey penduduk di tahun 2010. Jumlah itu tidak sama dengan negara-negara lain di dunia ini yang paling tidak hanya memiliki suku bangsa kurang dari 10. Indonesia memiliki 1.340, dan diantaranya banyak yang mirip atau bahkan benar-benar berbeda. Lantas apakah manfaat dari keragaman sosial budaya yang Indonesia miliki? Manfaat Keragaman Sosial Budaya Memiliki aneka ragam budaya tentunya memiliki manfaat. Manfaat yang paling utama adalah kita bisa memperluas pengetahuan kita mengenai budaya diluar budaya kita sendiri. Terkadang, kita akan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru dari budaya lain. Misalnya mengenai perbedaan upacara kematian di beberapa budaya di Indonesia. Di Toraja misalnya, orang yang meninggal jasadnya akan dikuburkan dengan kuburan b