[ Artikel
ini mengandung muatan dewasa. Kebijaksanaan pembaca sangat diharapkan pada saat
membaca artikel ini. ]
Pada era
perang dunia kedua, Jepang berusaha menginvasi dunia dan menunjukkan eksistensinya
di dunia melalui penguasaan wilayah asia. Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung
Asia, dan Jepang Pemimpin Asia, menjadi semboyan utama propaganda jepang untuk
menakhlukan asia (baca mengenai propaganda di artikel berikut ini). Ambisi tersebut
harus dibayar mahal oleh Jepang dengan menginvasi wilayah-wilayah asia, dari
Korea, China, hingga Indonesia.
Ambisi
militer Jepang tersebut, perlu mengorbankan banyak hal, tidak hanya secara
militer, tetapi juga secara sosial. Tentara-tentara Jepang yang menginvasi
wilayah-wilayah asia tersebut berperang dan menetap selama berbulan-bulan. Tentara
yang didominasi laki-laki, memiliki kebutuhan khusus yang berkaitan dengan
hasrat seksual. Akibatnya, pemerintah Jepang berusaha memuaskan hasrat seksual
tentaranya dengan menculik banyak perempuan untuk dijadikan pelayan seks.
Perempuan-perempuan
tersebut sering disebut sebagai comfort woman atau jugun ianfu. Jugun
ianfu banyak berasal dari Korea Selatan, China, dan Indonesia.
Perempuan-perempuan tersebut banyak dibawa dari kamp-kamp tentara Jepang,
berpindah-pindah mengikuti kemana tentara Jepang pergi. Perempuan yang menjadi
pelayan seksual ini berkisaran pada usia 12 tahun hingga 20 tahun. Perempuan-perempuan
ini harus melayani kebutuhan seksual tentara Jepang hampir setiap hari secara
bergiliran atau dalam waktu bersamaan.
Mereka tidak
mendapatkan uang, atau kehidupan yang layak, selama melayani tentara Jepang.
Banyak perempuan yang akhirnya meninggal karena tertekan secara mental, dan
mengalami banyak masalah kesehatan. Beberapa perempuan yang hamil akibat
melayani kebutuhan ini juga dibunuh oleh tentara Jepang. Beberapa perempuan
yang berhasil selamat dari pelayan tentara Jepang, mengalami trauma berat.
Perempuan-perempuan tersebut ada yang berhasil lepas setelah mencoba melarikan
diri, ada pula yang berhasil lepas akibat kekalahan Jepang di peran dunia. Meski
mengalami trauma berat, ada beberapa perempuan jugun ianfu yang berjuang
mencari keadilan bagi perempuan-perempuan lainnya yang mengalami hal serupa.
Pihak Jepang
mengklaim bahwa pelayan seksual yang melayani tentara mereka merupakan pekerja
seks komersial (PSK) atau memang perempuan yang bekerja melayani hal-hal
seksual. Tetapi, kenyataannya perempuan-perempuan tersebut bukan bekerja,
mereka dipaksa dan tidak memiliki kehidupan yang layak selama melayani tentara-tentara
tersebut. Pemerintah Jepang hingga detik ini tidak mengakui dan tidak ingin
meminta maaf terkait dengan permasalahan comfort woman ini.
Jika anda
sudah cukup dewasa dan sudah bisa bijaksana dalam menerima informasi, anda bisa
melihat video pengakuan perempuan mantan pelayan seksual era perang dunia kedua
melalui link berikut ini.
Komentar
Posting Komentar